Sabtu, 12 Desember 2009

Martir Perawat yang Dikenang Sebagai Pahlawan Inggris

Patriotisme belumlah cukup , saya harus tidak memiliki kebencian atau kepahitan kepada siapapun.
Kata kata ini terpatri di patung Edith Lousia Cavell di Saint Martin’s Place, London.

Ini kisah nyata 93 tahun silam , yakni ketika Perang Dunia I bergejolak. Perang yang melibatkan Pasukan Sekutu dengan Pasukan Jerman tidak hanya menyisakan kesedihan , kehilangan , kehancuran , dan kebinasaan , tapi juga menggoreskan kisah heroik seorang perawat asal Inggris : Edith Lousia Cavell. Dia rela menyabung nyawa demi profesi keperawatan: menyelamatkan ratusan Pasukan Sekutu yang luka-luka saat perang melawan Jerman.
Edith Lousia Cavell lahir di Swardeston, Norfolk, Inggris, 4 Desember 1865. Ketertarikannya jadi perawat, setelah merawat sang ayah yang sakit serius selama 1 tahun, dan akhirnya meninggal dunia. Di balik kepergian sang ayah , Edith terdorong menjadi perawat. Lantas dia memilih sekolah perawat dan lulus dengan nilai baik dari London Hospital Nurses’ Training School. Kemudian dia bekerja di St.Pancras Infirmary sebagai supervisor malam. Tiga tahun kemudian dia pindah ke Shoreditch Infirmary sebagai asisten ibu asrama.
Pindah ke Brussels. Di tahun 1906 , seorang dokter bedah asal Belgia bernama Antonie Depage mendiriksn sekoalh perawat Berkendael Institute karena terinspirasi pelopor dunia keperawatan modern Florence Nigthtingale. Untuk mewujudkan rencananya , dia mencari lulusan perawat di Inggris. Oleh salah satu anak keluarga Francois, yang dulu dididiknya, Edith direkomendasikan menjadi ibu asrama di rumah sakit itu dan mulai tugas 1 Oktober 1907. Berkat disiplin , penyayang , dan pendekatan ke berbagai pihak, sekolah perawat itu menjadi menarik. Atas dedikasinya , dokter Depage mengangkat Edith sebagai direktur pertama sekolah perawat tersebut.
Perang Dunia I. Agustus 1914, saat Edith menghabiskan liburan pendeknya dengan sang ibu yang pindah ke Norwich, dia mendengar pecahnya perang dunia. Kepada sang bunda dia pamit karena ada panggilan tugas kemanusiaan Brussels. Sebagai perawat hatinya sedih melihat kondisi mengemaskan prajurit akibat kecamuk perang.
Dua prajurit pertama Sekutu yang ditolong Edith dari kematian adalah Letkol Dudley Boger dan Sersan Mayor Frank Meachin, keduanya mendapat luka dan terhindari dari hukuman ditembak mati karena dia selamatkan. Edith juga menolong pasukan Belgia dan Prancis yang lolos dari pendudukan Jerman, diantaranya bernama Phillipe Baucq. Pada kesempatan lain dia menyelamatkan 35 prajurit sekaligus. Mengemban tugas berbahaya itu, Edith melakukannya seorang diri sehingga tidak berbahaya bagi perawat lain di sekolahnya.
Ditangkap dan dieksekusi. Pada 20 Agustus 1914, Jerman menguasai Brussels. Jerman memasukkan sekolah perawat yang dipimpin Edith ke dalam Red Cross Hospital, satu badan kesehatan bentukan Jerman. Edith merawat prajurit Jerman yang terluka dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan tugasnya sebagai perawat di siang hari.
Namun pada malam hari dia merawat prajurit Sekutu yang terluka dan membantu prajurit menyelamatkan diri. Sampai tahun 1915 Edith berhasil meloloskan lebih dari 200 prajuri Inggris, Prancis , dan Belgia.
Akan tetapi pihak Jerman mulai curiga atas gerak-geriknya.Temannya sendiri sudah mengingatkan kalau dia dalam keadaan bahaya karena menolong tentara Sekutu, namun Edith berkeras membantu menyelamatkan nyawa prajurit itu. Akhirnya dinas rahasia Jerman pun beraksi. Jerman menahan Phillipe Baucq pada 31 Juli 1915, enam hari kemudian disusul menahan Edith.
Berita penahanan Edith cepat tersebar. Pihak Inggris , Kedutaan Amerika dan Spanyol berupaya membantu membekaskannya, namun ditolak oleh Jerman. Di persidangan, wanita ini tidak melakukan pembelaan diri.Vonis yang dijatuhkan pengadilan militer Jerman untuknya adalah hukuman mati!!! Orang bijak berkata bahwa yang paling utama untuk menjadi seorang pahlawan adalah mengetahui kapan dia akan mati.
Malam sebelum eksekusi, Edith berbicara kepada pendeta Gahab yang menemaninya. Edith berkata ,”Patriotisme belumlah cukup , saya harus tidak memiliki kebencian atau kepahitan kepada siapapun”. Kata-kata itulah yang kemudian terpatri di patungnya di Saint Martin’s Place. Ucapan lainEdith yang patriotis,”Cintaku melebihi hidupku,seperti aku percaya itu akan selamat dan saya bahagia bisa mati untuk negaraku.”
Pukul dua pagi, 12 Oktober 1915 di National Rifle Range, pinggiran Brussles, Edith dan Phillipe, prajurit yang pernah ditolongnya dieksekusi mati tentara Jerman. Lalu mayatnya dikuburkan di St.Gilles,Brussles.Berita eksekusi itu dikupas tuntas oleh media Inggris. Media menyanjungnya sebagai pahlawan. Edith dinyatakan wafat sebagai martir dan bagian dari pahlawan Inggris.
Setelah perang usai , jenazah Edith dibawa ke Inggris. Kali ini dia mendapat kehormatan sebagai pahlawan untuk bangsanya. Upacara keagamaan dilakukan di Westminter Abbey. Raja George V mengikuti perjalanan jenazahnya dengan kereta khusus ke Thorpe Station, Norwich. Edith beristirahat dengan tenang di Life’s Green, di timur Norwich Ktedral.
Apa yang bisa kita petik dari kisah Edith? Sekalipun kisah heroiknya terjadi 93 tahun lalu, namun totalitas hidupnya kepada profesi keperawatan tidak pernah padam sepanjang zaman. Edith menjadi teladan dan memberikan inspirasi bagi dunia keperawatan di mana pun berada.

0 komentar:

Posting Komentar